Sahabat IKBS Rahimakumullah...
♡° Mensyukuri Kekurangan ♡°
Beberapa waktu lalu, saya ditemani istri menyempatkan diri datang ke rumah pijat tuna netra untuk merasakan bagaimana hasil pijat tunanetra. Sebelumnya saya tak pernah dipijat oleh tunanetra.
Saat menunggu di ruang tamu, tiba-tiba keluarlah seorang pemuda dari dapur menuju ke ruang tamu yg jaraknya sekitar 10 meter. Meski buta, pemuda itu menggunakan indra perabanya untuk menyalami dan mengajak saya menuju kamar pijat dekat ruang tamu.
Ketika saya menawari untuk menuntunnya, pemuda itu menolak secara halus dan mengatakan bahwa dia bisa sendiri. Ketika sampai di kamar, pemuda itu mengajak saya untuk menuju ke kamar sebelah yang menjadi tempat untuk saya. Meski pintu dan jalan menuju kamar sebelah sempit, namun pemuda pemijat itu tak begitu kesulitan. Tangannya begitu cekatan meraba dan menuntunnya memasuki kamar sebelah. Saya mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di kamar, lagi-lagi saya dibuat kagum. Pemuda itu dengan cekatan mampu membersihkan tempat tidur, mengganti kain seprei dan mengambil perlengkapan pijat dari almari dan laci meja. Dalam hati saya bertanya bagaimana pemuda ini bisa melakukannya? Sungguh luar biasa!
Dengan santun, si pemuda itu meminta saya melepaskan baju dan menanyakan apa saja keluhan saya. Saya pun memperkenalkan diri dan menceritakan dari mana saya berasal, serta sedikit bercerita tentang perjalanan hidup saya. Tujuannya, agar selama memijat saya, saya bisa ngobrol akrab dengannya dan bisa mendapatkan kisah hidupnya yang pasti sungguh luar biasa. Selain itu, agar saya tidak merasakan sakit selama dipijat.
Menyukuri Kebutaan
Menjawab pertanyaan saya terkait perasaannya hidup dengan tak bisa melihat, pemuda itu menjawab dengan tegas: "Saya mensyukuri hidup saya, Pak. Saya masih beruntung karena Tuhan hanya mengaruniai saya kebutaan sehingga saya masih bisa bicara, mendengar, berjalan, menggerakan tangan, bisa hidup mandiri, membantu sesama, dan bisa merasakan indahnya kehidupan ini. Kasihan teman-teman saya yang lain. Mereka selain buta, juga tuli, lumpuh, tak bisa bicara dan bahkan tak bisa apa-apa. Hidup mereka tergantung pada belas kasih orang lain. Seandainya saya diberi nasib seperti mereka, saya mungkin bisa bunuh diri...Saya masih beruntung dan menyukuri kebutaan saya, Pak....."
Mendengar penjelasan itu,saya seperti tertampar. Saya jadi malu dengan si pemuda itu. Selama ini, saya sering mengeluh dan tidak menyukuri kesempurnaan fisik dan kelimpahan hidup yang Tuhan berikan. Banyak rekan saya dan manusia pada umumnya yang diberikan kesempurnaan hidup, juga tidak menyukurinya dan menggunakannya untuk kemuliaan hidupnya dan sesama.
Selanjutnya, si pemuda itu menjelaskan proses kebangkitan hidupnya dari kehidupan yg terpuruk. Awalnya, hidupnya sangat menderita karena ia tak bisa menerima kondisi hidupnya, selalu dikurung dalam rumah, menjadi sasaran marah dari keluarga, dan mendapat olokan dari teman-teman sebaya. Ia juga pernah mau berusaha bunuh diri. Kebangkitan hidupnya berawal saat usia 18 tahun. Ketika ada tawaran dari Pemda Wonosobo untuk mengikuti sekolah SLB. Karena ingin mandiri, tawaran itu diterima meski dilarang orangtuanya.
"Alhamdulillah, sekarang saya bisa membaca, membantu sesama dan keluarga walau kecil-kecilan, dan bisa hidup mandiri," kata pemuda itu dengan nada sendu mengenang masa lalunya.
Yang membuat saya juga kagum pada pemuda itu adalah rasa syukurnya terhadap kebutaan yang dia alami. "Bapak, saya mensyukuri diberi kebutaan sejak lahir sehingga saya sudah bisa menerima dan menyesuaikan dengan keadaan ini sejak kecil. Kasihan teman-teman saya yang lain. Mereka baru menderita buta setelah bekerja, lulus kuliah, dan bahkan ada yang sudah berkeluarga. Mereka sangat menderita. Ada sejumlah teman saya yang ditinggal pergi dan diceraikan istrinya karena menderita buta... Kok, tega sekali ya!"
Pembaca yang Budiman,
Kisah ini saya bagikan kepada pembaca karena sungguh inspiratif. Kisah itu bisa bermanfaat bagi kita semua dalam menyikapi dan memaknai kekurangan atau keterbatasan dalam kehidupan kita masing-masing.
Secara pribadi, saya sungguh beruntung bisa mendapatkan banyak "petuah kehidupan" dari si pemuda pemijat yang sungguh luar biasa dalam memaknai kekurangan dalam hidupnya. Ia sungguh menjadi seorang "guru besar" yang mengajarkan dan memberi contoh nyata kepada saya dan kita semua manusia normal dan diberi kelimpahan hidup tentang bagaimana memaknai, menyikapi, dan memanfaatkan kekurangan, keterbatasan dan kesempurnaan hidup yang kita alami. Saya dan kita semua diajarkan tentang bagaimana mensyukuri karunia kehidupan yang diberikan Tuhan kepada setiap diri kita dan bagaimana kita bisa memanfaatkan karunia itu untuk kemuliaan hidup kita dan sesama.
Selain itu, si pemuda pemijat juga mengajarkan kepada saya dan kita semua bahwa janganlah kita menganggap bahwa kekurangan atau keterbatasan yang kita miliki sebagai sesuatu yg luar biasa sehingga kita lupa untuk mensyukurinya. Kita harus jujur juga untuk melihat bahwa masih ada banyak orang yang jauh lebih menderita, lebih miskin, lebih melarat, atau lebih tidak beruntung dibanding kita.
Hanya dengan cara pikir seperti itu, kita akan mensyukuri kehidupan kita dan merasakan indahnya belas kasih Allah. Kita pun akan hidup bahagia.
Semoga bermanfaat...
loading...
0 Komentar