Baju Lungsuran Istriku (1)

 [Istriku selalu saja nerima baju lungsuran, lama-lama jadi temp4t s4mpah rumahku]

Baju Lungsuran Istriku (1)

"Apa itu yang di dalam plastik?" Aku bertanya heran.
"Biasa lah. Apalagi kalau bukan baju bekas," sahut Mala sembari membuka dan mencoba bajunya.
Aku mulai kesal. Sebab, mau saja dia menerima barang bekas orang.
"Bagus, 'kan, Mas, bajuku? Ini tadi dikasih sama tetangga sebelah. Katanya bajunya udah penuh di lemari. Jadi, dia sumbangkan ke aku," sambung Mala, sembari melenggokkan tubuh di depanku. Muak aku melihatnya.
"Baju lungsuran lagi. Bekas orang lagi. Lemarimu udah penuh sama baju bekas orang, La. Yang jelek-jelek itu di ba-kar aja. Kalau orangnya udah nggak mau makai, berarti emang udah buluk."
Wajah istriku langsung kecut mendengarku. "Kalau kamu nggak mau lihat aku nerima baju lungsuran, harusnya kamu belikan, dong, aku baju baru yang bagus," jawabnya dengan nada ngegas.
"Lah, keuangan, kan, kamu yang ngatur. Harusnya kamu bisa beli sendiri. Kenapa suruh aku yang belikan!" Aku lebih ngegas sembari menyesap rokok di tanganku.
Senyum istriku langsung kecut. Mala lantas langsung berbaring tidur di kasur mendengar sedikit bentakanku. Sudah pasti perempuan cengeng tapi keras kepala itu mau menangis.
"Uang 450 ribu seminggu mana bisa buat beli baju. Sedangkan emakmu saja selalu minta lagi setelah kuberi 150 ribu untuk seminggu. Belum lagi kamu yang minta lagi buat beli rokok. Itu juga aku kurang," keluhnya dengan nada sedikit meninggi. "Kalau jatahku sejuta seminggu, baru aku akan puas."
"Ya, atur saja kamu, gimana bisa cukup. Syukur-syukur ada pemasukan. Kamu pikir jadi laden tukang itu gajinya banyak? Terus, kamu jangan sebut-sebut kalau sudah beri emak. Kalau bukan aku yang beri dia uang, siapa lagi? Kamu itu kebanyakan ngeluh! Nggak ada syukurnya kamu!"
"Makanya jangan banyak komentar kalau aku diberi baju lungsuran, Mas! Aku itu memang nggak mampu beli baju baru!" bentaknya. "Suruh juga ibumu jangan banyak ngemil! Biar cukup uangku!"
Gara-gara baju lungsuran, jadi masalah lagi dah ini. Lebih baik aku pergi saja daripada akan mendengarnya tambah ngoceh nggak jelas. Makin akan buat dia jadi istri yang kufur nikmat nanti juga menantu durhaka.
"Terserah kamu, dah, La. Mau pakai baju bekas, kek. Enggak, kek. Sekalian aja kamu beli lemari lagi buat nampung baju orang. Lama-lama rumah kita malah jadi tempat pembuangan sampah baju!" omelku lagi.
"Jangankan mau beli lemari, buat beli baju aja nggak ada. Sok-sok an mau belikan yang lain. Makanya cari kerja yang lebih tinggi gajinya. Merantau kek, apa kek, biar aku puas!" sahut Mala lebih keras.
"Kamu aja yang pergi merantau sana. Kenapa suruh aku?"
Bruk!
Tiba-tiba suara pintu kamar tidur diban-ting keras olehnya.
"CERAIKAN DULU AKU, BARU AKU MINGGAT KELUAR NEGERI!" teriak Mala dari dalam kamar.
Rasanya ingin kuban-ting juga dia lama-lama.
Next?
Baca full part di kbm app, ya. Udah tamat.

Posting Komentar

0 Komentar